Kisah Pilu di Hari Perpisahan
Hari perpisahan selalu menjadi hari yang paling menyedihkan bagi sebagian besar siswa SMA. Begitu pula dengan Lia, seorang siswi SMA yang akan segera meninggalkan sekolah dan teman-temannya. Namun, perpisahan Lia tidak hanya sedih karena harus meninggalkan teman-temannya. Ada kisah pilu di balik perpisahan Lia yang membuatnya semakin sedih.
Lia adalah anak tunggal dari pasangan suami istri yang mengelola sebuah toko kelontong. Kehidupan Lia sejak kecil tidaklah mudah. Orangtuanya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan seringkali tidak cukup untuk membiayai sekolah Lia.
Namun, Lia tidak menyerah. Dia tetap bersemangat untuk belajar dan berjuang meraih cita-citanya. Dia belajar dengan tekun dan rajin, bahkan seringkali belajar sampai larut malam.
Karena kecerdasannya, Lia berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Namun, beasiswa tersebut hanya cukup untuk membiayai biaya sekolah dan buku-buku saja. Lia masih harus mencari pekerjaan paruh waktu untuk membantu orangtuanya.
Lia memutuskan untuk bekerja di sebuah restoran cepat saji di sebelah sekolahnya. Dia bekerja setiap sore setelah sekolah dan pada akhir pekan. Meski lelah dan kadang merasa sulit untuk membagi waktu antara belajar dan bekerja, Lia tetap semangat dan tidak pernah menyerah.
Selama tiga tahun di SMA, Lia berhasil meraih prestasi yang gemilang. Dia menjadi siswa terbaik di kelasnya dan berhasil meraih juara dalam berbagai lomba akademik. Namun, semakin Lia meraih prestasi, semakin besar pula beban dan tanggung jawab yang harus ia pikul.
Hari perpisahan tiba. Lia mengenakan seragam putih abu-abu lengkap dengan topi dan jubahnya. Dia merasakan campuran perasaan sedih dan bangga. Sedih karena harus meninggalkan teman-temannya dan masa SMA yang menyenangkan, bangga karena berhasil meraih prestasi dalam waktu yang singkat.
Di acara perpisahan tersebut, Lia mendapatkan penghargaan sebagai siswa terbaik di sekolahnya. Dia merasa sangat senang dan bangga. Namun, kebahagiaan Lia tidak berlangsung lama. Setelah acara perpisahan selesai, Lia diserang oleh sekelompok anak nakal yang sering mengganggunya di sekolah.
Mereka menuduh Lia menyombongkan diri dan merasa lebih baik dari mereka karena meraih prestasi. Mereka memukul dan menendang Lia hingga terluka parah. Lia merasa sangat sakit dan tak berdaya. Dia merasa semakin pilu karena harus meninggalkan sekolah dengan luka-luka di tubuhnya.
Meski begitu, Lia tetap bersemangat untuk meneruskan cita-citanya. Dia tidak ingin menyerah begitu saja. Dia tetap berjuang untuk meraih impian dan membahagiakan orangtuanya.